Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Subhanahu Wa Ta'ala berada di atas ‘Arsy, seperti disebutkan dalam firman-Nya: Sesungguhnya Rabbmu ialah Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dlam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, mengatur segala urusan..(Yunus:3). Istiwa’ Allah di atas ‘Arsy, ialah bersemayamnya Dia di atas ‘Arsy sesuai dengan kemulian dan keagungan-Nya, tiada yang dapat mengetahui hakekat Istiwa’ Allah tersebut kecuali Dia sendiri.
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala meskipun di atas ‘Arsy-Nya, Dia senantiasa bersama makhluk-Nya; mengetahui segala ihwal mereka, mendengar segala perkataan mereka, melihat segala perbuatan mereka, mengatur segala urusan mereka, memberi rizki kepada siapa yang memerlukan, mencukupi yang kekurangan, memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, mencabut segala kekuasaan dari siapa saja yang dikehendaki-Nya, memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya. Hanya ditangan-Nya segala kebaikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kalau Allah demikian itu halnya, maka benar-benar Dia bersama makhluk-Nya sekalipun Dia berada di atas mereka di atas ‘Arsy dengan sesungguhnya.
Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Asy-Syura:11).
Kita tidak sependapat dengan Hululiyah (aliran yang berpandangan Allah itu ada di segala tempat), seperti Jahmiyah (mengingkari sifat-sifat Allah) dan lainnya, yang berpendapat bahwa Allah berada di bumi ini bersama makhluk-Nya. Dan kita berpandangan bahwa orang yang berpendapat demikian adalah kafir, atau sesat, karena dia telah memberikan kepada Allah sifat yang tak layak dengan keagungan-Nya.
Kitapun mengimani berita tentang Allah yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala pada setiap malam turun ke langit terendah, ketika tinggal sepertiga malam yang terakhir, seraya berfirman:
Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan doanya, barangsiapa yang memohon kepada-Ku akan Aku beri permohonannya, dan barangsiapa yang meminta ampunan kepada-Ku maka akan Aku ampuni dosanya(HR.Bukhari, Muslim).
* Kita mengimani bahwa Allah, Subhanahu wa Ta’ala, akan datang pada hari kiamat untuk memberikan keputusan kepada para hambanya, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
Janganlah demikian Apabila bumi digoncangkan berturut-turut dan datanglah Rabbmu sedangkan para malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu di datangkan neraka jahannam, pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi peringatan itu baginya.(Al-Fajr:21-23)
* Kita mengimani bahwa Allah Suhanahu Wa Ta’ala:
Maha berbuat apa yang dikehendaki-Nya (Al-Buruj: 16).
* Kita mengimani bahwa iradah (kehendak) Allah itu ada 2 macam:
1. Iradah Kauniyah, artinya segala yang dikehendaki Allah pasti terjadi, tetapi tidak mesti hal itu dicintai-Nya. Inilah yang disebut masyi’ah , firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
…Kalau Allah mengjhendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan, akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah :253).
…Jika Allah menghendaki untuk menyesatkanmu. Dia adalah Rabbmu, dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.(Hud :34).
2. Iradah Syar’iyyah, yaitu apa yang dikehendaki Allah kepada hamba-Nya yang sifatnya tidak mesti terjadi, tetapi apa yang dikehendakinya ini adalah sesuatu yang dicintai-Nya. Firman Allah
Dan Allah hendak menerima taubatmu…(An-Nisa’:23).
* Kita mengimani bahwa Iradah Allah, yang kauniyah maupun yang syar’iyah adalah sesuai dengan sifat hikmah (kebijaksanaan)-Nya. Segala hal yang telah ditentukan Allah dalam alam semesta ini atau syari’at yang telah diperintahkan Allah kepada umat manusia untuk beribadah kepada-Nya, sesungguhnya adalah suatu hikmah dan sesuai dengan sifat hikmah (kebijaksanaan)-Nya, baik hikmah itu dapat kita ketahui atau akal pikiran kita tidak mampu mengetahuinya. Karena Allah Ta’ala berfirman.
Bukankah Allah itu hakim yang sebijak-bijaknya?.(At-Tin:8).
…Dan tiada yang lebih bijak hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang meyakini.(Al-Maidah:50).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai para (wali) aulia-Nya. Dan mereka pun mencintai-Nya, sebagaimana firman Allah
Katakanlah (Muhammad):Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu….(Al ‘Imran:31).
Maka tentu Allah akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai-Nya dan merekapun mencintai-Nya…(Al-Ma’idah:54).
Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.(Al-Baqarah:195).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhoi segala amal dan ucapan yang disyariatkan-Nya, dan membenci segala hal yang dilarang-Nya, firman-Nya:
Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu dan Dia tidak meridhau kekafiran bagi para hamba-Nya. Tetapi jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.(Az-Zumar:7)
…Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka maka Allah melemahkan keinginan mereka dan mengatakan kepada mereka :Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.(At-Taubah: 46).
* Kita mengimani bahwa Allah Ta?ala meridhai orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, firman-Nya:
Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu, adalah balasan bagi orang-orang yang takut kepada Rabbnya.(Al-Bayyinah:8)
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala murka kepada orang-orang kafir dan selain mereka yang berhak mendapatkan kemurkaan-Nya. Firman Allah:
..(yaitu)orang-orang yang berprasangka buruk kepada Allah, mereka akan mendapat giliran kebinasan yang amat buruk dan Allah murka kepada mereka…(Al-Fath:6).
…Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang besar.(An-Nahl:106).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala mempunyai wajah yang disifati-Nya dengan keagungan dan kemuliaan, firman Allah:
Dan tetap kekal wajah Rabbmu, yang mempunyai keagungan dan kemuliaan.(Ar-Rahman:27)
* Kita mengimani bahwa Allah mempunyai dua Tangan yang Agung lagi Mulia, Firman-Nya :
…tetapi kedua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana yang dikehendaki-Nya…(Al-Ma’idah :4).
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nyapada hari kiamat dan seluruh langit digulung dengan Tangan Kanan-Nya, Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.(Az-Zumar:67).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala mempunyai dua Mata yang sebenarnya, firman-Nya:
Dan buatlah bahtera itu dengan (pengawasan) mata kami…(Hud:37).
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
…Tabir Allah itu adalah Nur. Andaikata dibuka-Nya niscaya cahaya kemuliaan wajah-Nya akan membakar segala makhluk-Nya yang terkena pandangan Mata-Nya.. (Muslim Kitabul iman).
Ahlussunnah sepakat bahwa Mata Allah adalah dua, berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tentang dajjal:
…Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya, tetapi Rabbmu tidaklah buta sebelah mata-Nya….(Bukhari kitab tauhid,Muslim Kitab fitan wa asyraath as-saa’ah).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia mengetahui segala yang melihat. Dan Dia-lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.(Al-An’am:103).
* Kita mengimani bahwa kaum mu’minin akan melihat Allah pada hari kiamat, sebagaimana firman-Nya:
Wajah-wajah (kaum mu’minin) pada hari itu berseri-seri, Kepada Rabbnya mereka melihat.(Al-Qiyamah:22-23).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, karena kesempurnaan sifat-sifat-Nya.
…Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(Asy-Syura:11).
* Kita mengimani bahwa Allah tidak pernah mengantuk dan tidak pernah pula tidur, karena Dia Maha Hidup dan Maha Menegakkan urusan makhluk-Nya; tidak berlaku zhalim, karena Dia Maha Adil; tidak lalai terhadap segala amal perbuatan hamba-Nya, karena Dia maha Awas dan Maha Mengetahui.
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala meskipun di atas ‘Arsy-Nya, Dia senantiasa bersama makhluk-Nya; mengetahui segala ihwal mereka, mendengar segala perkataan mereka, melihat segala perbuatan mereka, mengatur segala urusan mereka, memberi rizki kepada siapa yang memerlukan, mencukupi yang kekurangan, memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, mencabut segala kekuasaan dari siapa saja yang dikehendaki-Nya, memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya. Hanya ditangan-Nya segala kebaikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kalau Allah demikian itu halnya, maka benar-benar Dia bersama makhluk-Nya sekalipun Dia berada di atas mereka di atas ‘Arsy dengan sesungguhnya.
Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Asy-Syura:11).
Kita tidak sependapat dengan Hululiyah (aliran yang berpandangan Allah itu ada di segala tempat), seperti Jahmiyah (mengingkari sifat-sifat Allah) dan lainnya, yang berpendapat bahwa Allah berada di bumi ini bersama makhluk-Nya. Dan kita berpandangan bahwa orang yang berpendapat demikian adalah kafir, atau sesat, karena dia telah memberikan kepada Allah sifat yang tak layak dengan keagungan-Nya.
Kitapun mengimani berita tentang Allah yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala pada setiap malam turun ke langit terendah, ketika tinggal sepertiga malam yang terakhir, seraya berfirman:
Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan doanya, barangsiapa yang memohon kepada-Ku akan Aku beri permohonannya, dan barangsiapa yang meminta ampunan kepada-Ku maka akan Aku ampuni dosanya(HR.Bukhari, Muslim).
* Kita mengimani bahwa Allah, Subhanahu wa Ta’ala, akan datang pada hari kiamat untuk memberikan keputusan kepada para hambanya, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
Janganlah demikian Apabila bumi digoncangkan berturut-turut dan datanglah Rabbmu sedangkan para malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu di datangkan neraka jahannam, pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi peringatan itu baginya.(Al-Fajr:21-23)
* Kita mengimani bahwa Allah Suhanahu Wa Ta’ala:
Maha berbuat apa yang dikehendaki-Nya (Al-Buruj: 16).
* Kita mengimani bahwa iradah (kehendak) Allah itu ada 2 macam:
1. Iradah Kauniyah, artinya segala yang dikehendaki Allah pasti terjadi, tetapi tidak mesti hal itu dicintai-Nya. Inilah yang disebut masyi’ah , firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
…Kalau Allah mengjhendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan, akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah :253).
…Jika Allah menghendaki untuk menyesatkanmu. Dia adalah Rabbmu, dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.(Hud :34).
2. Iradah Syar’iyyah, yaitu apa yang dikehendaki Allah kepada hamba-Nya yang sifatnya tidak mesti terjadi, tetapi apa yang dikehendakinya ini adalah sesuatu yang dicintai-Nya. Firman Allah
Dan Allah hendak menerima taubatmu…(An-Nisa’:23).
* Kita mengimani bahwa Iradah Allah, yang kauniyah maupun yang syar’iyah adalah sesuai dengan sifat hikmah (kebijaksanaan)-Nya. Segala hal yang telah ditentukan Allah dalam alam semesta ini atau syari’at yang telah diperintahkan Allah kepada umat manusia untuk beribadah kepada-Nya, sesungguhnya adalah suatu hikmah dan sesuai dengan sifat hikmah (kebijaksanaan)-Nya, baik hikmah itu dapat kita ketahui atau akal pikiran kita tidak mampu mengetahuinya. Karena Allah Ta’ala berfirman.
Bukankah Allah itu hakim yang sebijak-bijaknya?.(At-Tin:8).
…Dan tiada yang lebih bijak hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang meyakini.(Al-Maidah:50).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai para (wali) aulia-Nya. Dan mereka pun mencintai-Nya, sebagaimana firman Allah
Katakanlah (Muhammad):Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu….(Al ‘Imran:31).
Maka tentu Allah akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai-Nya dan merekapun mencintai-Nya…(Al-Ma’idah:54).
Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.(Al-Baqarah:195).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhoi segala amal dan ucapan yang disyariatkan-Nya, dan membenci segala hal yang dilarang-Nya, firman-Nya:
Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu dan Dia tidak meridhau kekafiran bagi para hamba-Nya. Tetapi jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.(Az-Zumar:7)
…Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka maka Allah melemahkan keinginan mereka dan mengatakan kepada mereka :Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.(At-Taubah: 46).
* Kita mengimani bahwa Allah Ta?ala meridhai orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, firman-Nya:
Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu, adalah balasan bagi orang-orang yang takut kepada Rabbnya.(Al-Bayyinah:8)
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala murka kepada orang-orang kafir dan selain mereka yang berhak mendapatkan kemurkaan-Nya. Firman Allah:
..(yaitu)orang-orang yang berprasangka buruk kepada Allah, mereka akan mendapat giliran kebinasan yang amat buruk dan Allah murka kepada mereka…(Al-Fath:6).
…Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang besar.(An-Nahl:106).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala mempunyai wajah yang disifati-Nya dengan keagungan dan kemuliaan, firman Allah:
Dan tetap kekal wajah Rabbmu, yang mempunyai keagungan dan kemuliaan.(Ar-Rahman:27)
* Kita mengimani bahwa Allah mempunyai dua Tangan yang Agung lagi Mulia, Firman-Nya :
…tetapi kedua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana yang dikehendaki-Nya…(Al-Ma’idah :4).
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nyapada hari kiamat dan seluruh langit digulung dengan Tangan Kanan-Nya, Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.(Az-Zumar:67).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala mempunyai dua Mata yang sebenarnya, firman-Nya:
Dan buatlah bahtera itu dengan (pengawasan) mata kami…(Hud:37).
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
…Tabir Allah itu adalah Nur. Andaikata dibuka-Nya niscaya cahaya kemuliaan wajah-Nya akan membakar segala makhluk-Nya yang terkena pandangan Mata-Nya.. (Muslim Kitabul iman).
Ahlussunnah sepakat bahwa Mata Allah adalah dua, berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tentang dajjal:
…Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya, tetapi Rabbmu tidaklah buta sebelah mata-Nya….(Bukhari kitab tauhid,Muslim Kitab fitan wa asyraath as-saa’ah).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia mengetahui segala yang melihat. Dan Dia-lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.(Al-An’am:103).
* Kita mengimani bahwa kaum mu’minin akan melihat Allah pada hari kiamat, sebagaimana firman-Nya:
Wajah-wajah (kaum mu’minin) pada hari itu berseri-seri, Kepada Rabbnya mereka melihat.(Al-Qiyamah:22-23).
* Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, karena kesempurnaan sifat-sifat-Nya.
…Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(Asy-Syura:11).
* Kita mengimani bahwa Allah tidak pernah mengantuk dan tidak pernah pula tidur, karena Dia Maha Hidup dan Maha Menegakkan urusan makhluk-Nya; tidak berlaku zhalim, karena Dia Maha Adil; tidak lalai terhadap segala amal perbuatan hamba-Nya, karena Dia maha Awas dan Maha Mengetahui.