loading...

Bertawakal Setelah Do'a dan Ikhtiar


Dalam kehidupan yang kita jalani, ketika kita merasa yakin bahwa kita memiliki pimpinan yang sayang kepada kita, serta senantiasa siap untuk memberikan bantuan dan juga menjamin segala kebutuhan hidup kita dan keluarga, tentu saja kita akan sepenuhnya mempercayakan segala sesuatunya kepada sang pemimpin tersebut. Tidak akan pernah kita menghianatinya atau membuatnya kecewa. Dan tentu saja, kita akan senantiasa menghormatinya.



Seperti itulah harusnya sikap kita kepada Allah yang akan menjamin segala bentuk kebutuhan seluruh umat-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha Kaya dan Maha Pemurah, Maha Pemberi Rezeki dan Maha Mengabulkan doa-doa hamba-Nya. Allah yang memiliki segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, serta yang ada di antara keduanya. Allah  yang mengatur segala sesuatu dalam kehidupan ini. Allah yang memiliki segala bentuk kebahagiaan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Dan Allah pulalah yang akan memberikan segala keinginan dan permintaan hamba-Nya. Hal tersebut sesuai firman Allah sebagai berikut: "Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang yang dikehendaki-Nya" (QS. At Thalaq 33).

Setelah kita mengetahui bahwa Allah adalah Zat yang memiliki segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, dan yang ada diantara keduanya, maka tak layak bagi kita untuk mengacuhkan-Nya, mengabaikan perintah dan larangan-Nya, tidak mempercayai-Nya, atau lebih yakin dan bersandar kepada selain-Nya.



Tawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, itulah satu-satunya hal yang harusnya kita lakukan. Berserah diri sepenuhnya hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain meskipun hanya sedikit saja. Tawakal kepada Allah berarti berserah diri dan yakin sepenuhnya hanya kepada Allah semata, ridha atas segala ketetapan yang telah digariskan-Nya. Menyikapi segala bentuk peristiwa hidup ini dengan sikap positif. Bersyukur atas segala bentuk nikmat Allah, sebesar apapun nikmat itu. Dan bersabar atas segala ujian dan musibah yang menimpanya. Allah telah menjamin umat-Nya yang senantiasa berserah diri kepada-Nya. Berserah diri yang sepenuhnya, bukan setengah-setengah.

Namun perlu diingat, bahwa berserah diri dan bersandar sepenuhnya hanya kepada Allah tidak dapat disamakan dengan malas. Tawakal atau berserah diri bukan berarti berlepas diri dari segala bentuk kerja dan usaha. Tawakal merupakan tindak lanjut dari segala bentuk kerja dan usaha, sebagaimana disebutkan dalam hadits seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu ia berkata: "Wahai Rasulullah, saya ikat (hewan tunggangan saya) lalu bertawakal atau saya lepas lalu bertawakal?" Beliau menjawab: "Ikatlah lalu bertawakal" .
Tawakal bukanlah salah satu bentuk malas-malasan atau pasrah tanpa adanya usaha. Justru di dalam tawakal itu harus memiliki dua buah unsur yang harus dipenuhi, yaitu unsur usaha dan doa yang dilakukan secara optimal. Tanpa ada kedua unsur itu, maka tidak ada tawakal pula. Umar bin Khatab mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda bahwa, " sungguh seandainya kalian bertawakal kepada Allah sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan di beri rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang." ( HR. Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Al-Mubarak, Ibnu HIbban, Al-Hakim, Al-Qhudha'i Al- Baghawi )



Seekor burung yang tidak di karunia kesempurnaan sebagaimana manusia, ia mampu mencari makan dengan berusaha ke sana kemari, pergi pagi hari mencari rezeki Allah sehingga pada petang harinya ia sudah kenyang, karena usaha yang telah di lakukan. Ini menandakan bahwa tawakal itu tidak hanya diam menunggu rezeki datang sendiri, tetapi rezeki itu harus diusahakan dengan kerja keras dan ikhtiar sekuat tenaga. Oleh karena itu, kita sebagai manusia hendaknya jangan berputus asa jika ikhtiar dan doa kita belum memberikan hasil sesuai dengan keinginan. Karena Allah Maha Tahu segala kebutuhan kita. Apa yang menurut pandangan kita buruk boleh jadi hal itu baik menurut Allah. Jadi ketika doa dan ikhtiar telah dimaksimalkan. Sikap terbaik yang harus dimiliki adalah bertawakal kepada Allah. Sebagaimana firman Allah berikut: "Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya"(An Nahl:99). Allah sajalah yang memiliki Kuasa sepenuhnya bagi hamba-Nya yang beriman dan berserah diri pada-Nya.
Allahu’alam Bishowab.


 

Dra. Djauharah Bawazir, Psi, M.Pd